cuap-cuap

judul blog ini adalah はなばたけ (hanabatake) yang artinya 'kebun bunga'. dalam bahasa indonesia, kata 'kebun bunga' bisa jadi kalimat ambigu (arti ganda). bisa 'kebun yang banyak bunganya' atau 'kebun punya si Bunga'.untuk sementara kayaknya arti yang kedua lebih nyerempet yah ... tapi ... harapan arum ke depan sih akan ada banyak 'bunga' tumbuh di sini ... ^^Mohon maaf masalah format bahasa ... lagi sok-sok an pake bahasa Jepang ... Niat mo ganti tanggal doank malah semua ikut keganti...(maklum pemula). tapi setelah diliat hasilnya kok ya keren juga ... (nora lagi).ほんとうに ごめん なさい。Hontou ni gomen nasai.

月曜日, 3月 30, 0021

... faith ...

Ia sudah menjadi penggemar serial Harry Potter sejak kelas tiga SMP. Bulan demi bulan, tahun demi tahun, dengan sabar ia kumpulkan seri demi seri buku Harry Potter. Ia mendapatkan buku pertama dan kedua sekaligus sebagai hasil rengekan penasaran. Tahun berikutnya ia mendapatkan yang ketiga, sebulan setelah ulang tahunnya yang ke lima belas.

Sejak hari itu, ia menyisakan tempat di rak bukunya untuk sisa serial Harry Potter yang dipastikan sampai buku ketujuh. Ia yakin pasti akan punya semuanya. Entah dari mana atau kapan ia akan bisa melengkapi koleksinya.

Ia menutup telinga terhadap segala bentuk protes terhadap serial tersebut. Sebab ia melihat sesuatu yang lain di balik kedok ‘sihir’ yang digunakan sang pengarang. Persahabatan, cinta, kehidupan, kematian, kesetiaan, kekeluargaan, kejujuran, dan masih banyak hal lain yang ia temukan dalam cerita Harry Potter. Petuah yang berbunyi, “jangan menilai buku dari sampulnya” berlaku nyata untuk buku tersebut.

Satu bulan menjelang ulang tahunnya yang ke dua puluh. Beberapa jam setelah peluncuran jilid terakhir, Harry Potter and the Deathly Hallow. Ia pun bertekad harus mendapatkan buku itu. Meskipun harus menunggu setahun lagi, ia rela. Sebab baginya, isi sebuah buku tidak mengenal istilah ‘basi’. Buku berusia seratus tahun pun masih bisa dinikmati manfaatnya.

Namun ia juga menyadari keadaan ekonomi keluarganya yang saat ini sedang tidak memungkinkan untuk ditagih sebuah hadiah ulang tahun. Maka ia memutuskan untuk mengumpulkan sisa uang jajan bulanannya, yang selama satu setengah tahun ini keseringan kurangnya dari pada bersisa. Tapi ia sudah menetapkan targetnya. Akhir bulan Mei, setelah ujian akhir semester dan berjalan lima bulan dari sekarang, ia akan mendapatkan buku yang ia inginkan. Imbalan yang pantas untuk kerja keras dan pengorbanan selama satu semester.

Kepada orang tuanya, terutama sang ayah yang mendukung minat bacanya dengan sepenuh hati, ia utarakan keinginannya. Ia juga menyertai dengan permintaan, apabila pada saatnya uang yang dikumpulkannya tidak cukup juga, agar ayahnya mau menambah kekurangannya. Sang ayah melihat usaha niat baiknya dan menyanggupi permintaannya.

...

Ia sangat tertarik pada budaya Jepang sejak sepupunya memperkenalkannya pada sebuah band ternama asal Negeri Sakura itu. Akhirnya ia merasa memiliki tujuan hidup yang jelas. Akhirnya ia tahu jurusan apa yang akan ia ambil di universitas entah apa nanti.

Ia menyatakan keinginannya pada keluarga dan semua orang yang menanyakan tujuan pendidikannya selanjutnya. Dengan tegas ia katakan ia ingin mempelajari Bahasa Jepang. Ia merasa nyaman dalam bidang bahasa.

Keluarga besarnya memuji minatnya. Terutama ayahnya yang selalu berpikiran terbuka dan berkata, “nggak ada satu disiplin ilmu pun yang nggak ada gunanya”. Kata-kata tersebut menghilangkan keragu-raguannya untuk terus bercengkrama dalam bidang bahasa. Ia tidak peduli anggapan orang lain yang memandang sebelah mata jurusan bahasa.

Kemudian ia mulai mempelajari huruf kana sejak kelas dua SMA. Ia mulai mendengarkan siaran radio yang memutar lagu-lagu Jepang. Membeli berbagai buku pengantar Bahasa Jepang pemula. Belajar lebih giat untuk ujian masuk universitas karena ia benar-benar menginginkan pengetahuan lebih banyak tentang Bahasa Jepang.

Tidak tanggung-tanggung, ia mendaftar di tiga universitas untuk jurusan yang sama.

...

Seperti semua siswa SMA lainnya, ia pun merasa bingung memilih universitas. Tetapi tidak seperti semua anak lain, ia harus menyesuaikan dengan jurusan pilihannya, kualitas universitas, dan juga kemampuan keluarganya membiayai pendidikannya selama kuliah.

Ia adalah anak pertama dalam keluarganya dan kedua orang tuanya tidak meneruskan pendidikan selepas dari SAA. Ia tidak pernah tahu banyak tentang kualitas berbagai sekolah tinggi. Ia bahkan baru mengetahui perbedaan antara universitas, institut, dan akademi pada tahun ketiganya di SMA. Ia sering mendengar orang memuji Universitas Indonesia beserta mahasiswa dan lulusannya. Namun tidak pernah mengambil pusing kenapa atau mencari tahu lebih banyak tentangnya.

Sebagai referensi pilihannya menentukan sekolah, orang tuanya mengajaknya mengunjungi UI. Ia terpesona dengan segala ke-eksklusifan yang dimiliki universitas tersebut. Entah bagaimana, ia merasa akan segera menjadi bagian darinya. Memandangi sekitarnya dari dalam mobil, ia bahkan sudah merasa bangga menjadi bagian dari lingkungan tersebut bahkan sebelum ikut ujian masuk.

...

Keluarganya pecinta musik. Ayahnya seorang pemusik. Ia merasakan musik dalam dirinya. Menginginkannya selalu ada di dalam kepalanya. Terlebih karena baginya musik mencirikan kepribadian seseorang.

Teknologi menjawab keinginannya. Diluncurkan banyak handphone musik. Salah satunya adalah SE W300i yang sangat diidam-idamkannya. Ia kerap kali membayangkan, betapa menyenangkan hari-harinya apabila dapat menikmati musik kapan saja di mana saja. Ia hanya cukup mengantongi satu benda dan segalanya ada di sana.

Orang tuanya berkata, kali berikutnya ada rezeki adalah gilirannya mengganti hape. Sejak saat itu ia mulai meneliti berbagai jenis hape musik. Mulai dari merek sampai harganya. Meskipun ia sangat menginginkan W300i, ia tidak pernah sampai hati mengungkapkannya.

Hingga pada satu siang sebelum kuliah, ia memutuskan ketika pulang nanti akan mengatakan pada ayahnya bahwa ia menginginkan satu tipe Z dari Sony Ericsson. Karena harganya lebih murah, pilihan warnanya lebih banyak, dan meskipun bukan music phone, yang penting masih bisa untuk memutar MP3. Ia juga berniat akan memintanya sebagai hadiah kelulusan semester pada bulan Juli nanti.

...

Ia diterima di dua universitas pilihannya untuk jurusan Bahasa Jepang. Tetapi perjuangannya belum selesai. Ia masih ingin masuk UI. Maka atas saran keluarga ia mendaftar program diploma untuk jurusan yang sama, Bahasa Jepang.

Pengumuman SPMB keluar dan ia tidak lolos. Namun ia yakin akan kuliah di UI. Beberapa minggu kemudian, pengumuman program diploma keluar. Meskipun ia juga deg-degan seperti halnya ibunya, ketika berdua membuka daftar siswa yang lolos ujian masuk program diploma. Ia yakin namanya akan ada di dalam daftar.

Memang demikian, namanya tertera di sana. Ia terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Indonesia sejak saat itu. Di jurusan yang juga diinginkannya, Bahasa Jepang.

...

Sore itu di kampusnya ada acara Gelar Jepang. Ia pulang terlambat. Tertundalah niatnya memberitahukan pada ayahnya jenis hape yang diinginkannya.

Pukul delapan malam ia sedang menikmati makan malam dengan pacarnya, ketika adiknya, Bias mengiriminya SMS yang menanyakan kapan ia pulang. Karena hape barunya sudah menunggu di rumah. Ketika ia menelepon adiknya dan menanyakan perihal berita tersebut, Bias membenarkan bahwa itu bukan candaan. Ia bertanya hape apa yang dibelikan ayahnya, dan Bias menjawab, W300i.

Ketika ia tiba di rumah, ayahnya sudah tidur. Ia tidak ingin membangunkan ayahnya hanya karena ingin melihat hape baru. Keesokan harinya, pukul setengah tujuh pagi sebelum berangkat kerja, ayahnya membangunkannya dan meletakkan kardus hape barunya di dekat kepalanya.

...

Dua belas jam lagi usianya genap dua puluh tahun. Hari itu adalah Senin minggu kedua semester baru dimulai. Ia sedang duduk di peron Bogor Stasiun Duren Kalibata, menanti kereta ekonomi yang menjadi transportasinya menuju kampus. Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya, membaca buku Harry Potter and the Deathly Hallow.

Susah payah ia menahan perasaan gemasnya. Bahwa ia juga ingin memiliki buku itu. Ingin tahu apa yang diceritakan buku itu. Ingin menyentuhnya, membukanya, mencium aroma kertasnya, menandatangani halaman depannya dengan namanya. Tetapi ia tetap sabar. Ditegaskannya dalam hatinya, tidak lama lagi ia akan punya buku yang sama.

Dalam perjalanan menuju kelas ia berpapasan dengan banyak mahasiswa. Namun dari sekian banyak, ia juga berpapasan dengan seorang mahasiswa membawa buku Harry Potter and the Deathly Hallow. Dalam waktu kurang dari sejam ia melihat dua orang berbeda membawa buku yang amat diinginkannya. Sekali lagi ia tegaskan hatinya, kelak ia pun akan membawa buku itu ke kampus.

Kemudian ia tiba di kelas, belajar seperti biasanya, dan melupakan kejadian siang itu.

Menjelang makan malam, ia sedang duduk di depan teve bersiap menikmati makan malam ketika tiba-tiba ayahnya menyodorkan buku Harry Potter and the Deathly Hallow padanya sambil berkata.

“Nih, buat kamu. Hadiah dari Bapak, Ibu, sama Bias. Selamat ulang tahun, ya.”

Ia terkejut bukan main. Ia hanya bisa terbengong tak percaya menatap buku di tangan ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

“Ulang tahunnya kan besok,” ujarnya sambil masih menatap buku itu tidak percaya.

“Nggak apa-apa.”

“Ini beneran buat aku?” tanyanya masih tak percaya ia boleh memilikinya.

“Buat kamu,” tegas ayahnya.

“Makasih....”

Ia menerima bukunya dengan haru. Pada halaman pertama terselip sebuah kertas print komputer berisikan ucapan selamat dan doa dari keluarganya, dibubuhi tanda tangan ayah, ibu, dan adiknya. Kertas itu ia tempelkan di balik cover buku. Pada halaman judul tidak lupa ia tuliskan bahwa buku itu adalah hadiah ulang tahunnya yang ke dua puluh dari keluarganya.

... ...

金曜日, 3月 27, 0021

... tugas penpopnya angga ...

Kisah ini terjadi di semester lima kemarin. Pada awalnya, aku hanya menganggap dia sebagai teman curhat biasa. Seiring berjalannya waktu, rasa itu muncul di hatiku. Aku pun tidak menyangka kalau rasa itu adalah rasa cinta. Aku mulai menyiapkan mentalku untuk mengungkapkan cintaku kepadanya.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajaknya ke Gramedia di bilangan Pondok Indah. Sesuai dugaanku, dia menyambut baik ajakanku itu. Aku tidak sabar, menunggu hari itu. Tiba pada saatnya, hari yang dinanti-nantikan itu datang. Jantungku berdegup kencang menyambut hari yang indah itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa nanti ketika aku pergi dengannya.

Pada hari itu, akhirnya aku bertemu dengannya di kampus. Aku pun mengajaknya ke kantin, dan dia pun meng-iya kan ajakanku itu. Setibanya di kantin, aku langsung berbincang dengannya. Banyak hal yang kami bicarakan di sana, mulai dari kegiatan dia, kabarnya hari itu, dan masih banyak lagi. Ketika aku ingin mengajaknya pergi, cuaca sangat terik dan tidak bersahabat. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Gramedia di Margonda.

Karena motorku sedang dipinjam teman, aku terpaksa meminjam motor Ilham yang kebetulan sedang tidak dipakai. Kami pun berangkat ke Gramedia Margonda. Pertama-tama kami menuju ke Detos untuk memarkir motor karena akses untuk parkir di Gramedia cukup jauh dan memutar. Sesampainya di Detos, kami langsung menuju ke Gramedia. Tiba di Gramedia, kami langsung menuju ke bagian komik, dan aku langsung mencari komik yang ingin aku beli. Setelah puas memilih-milih komik, kami lalu beranjak ke bagian novel. Dia pun langsung antusias memilih-milih novel kegemarannya. Setelah sekian lama memilih-milih novel, dia akhirnya memutuskan untuk membaca sebuah novel di sana. Ketika sedang asyik membaca novel sambil duduk di lantai, datang seorang satpam dan langsung menegur kami yang sedang membaca novel. Kami langsung berdiri untuk merespon si satpam tersebut. Setelah satpam itu pergi, kami lalu duduk kembali, berharap ia tidak datang dan menegur kami lagi.

Setelah puas membaca novel, kami lalu kembali ke kampus untuk mengembalikan motor yang aku pinjam itu. Beruntung ketika sampai di kampus, motorku sudah kembali. Kami lalu berbincang-bincang di kantin bersama teman-temanku yang lain. Sekitar pukul delapan, aku memutuskan untuk mengantar dia pulang ke rumahnya di bilangan Mampang. Di tengah perjalanan, kami mampir di sebuah warung tenda untuk makan malam. Di warung tenda tersebut, kami memesan dua piring nasi goreng dan dua gelas teh manis. Setelah kenyang menyantap makanan, kami lalu melanjutkan perjalanan pulang. Setibanya di daerah Mampang, kami tidak langsung menuju rumahnya. Dia mengajakku pergi ke daerah Kemang. Di sana kami hanya berputar mengelilingi daerah Kemang untuk menikmati malam hari. Setelah lelah berkendara, akhirnya kami tiba di rumahnya. Aku mampir sebentar di rumahnya, lalu aku memutuskan untuk pulang ke kosan di daerah Kukusan, Depok.

Tiba di kosan, aku langsung memberi kabar ke dia bahwa aku sudah sampai dengan selamat. Tidak lama, kami pun ber SMS ria hingga tengah malam. Sekitar pukul 11 malam, bobot pembicaraan mulai mengarah ke perasaanku. Setelah perbincangan yang panjang, akhirnya dia meneleponku sekitar pukul 1.30 pagi. Dia lalu menanyakan perihal SMS-ku yang tadi. Aku langsung berkata jujur tentang perasaanku itu. Baru ketika pukul 2.00 pagi, aku mengatakan bahwa aku sayang dia. Dan dia pun bilang sayang padaku. Saat itu pula kami memulai kisah cinta kami.

Siang harinya kami tiba di kampus, aku berharap tidak ada teman-temanku yang tahu hubungan kami ini. Namun ketika aku dan dia sedang menuju ke gedung 6 tepatnya ruang 6102 untuk menemui seorang teman, kami langsung dibicarakan karena kami memakai kostum yang sama, sweater abu-abu. Berbagai spekulasi meluncur dari mulut teman-temanku. Kami hanya menanggapinya dengan senyum kecil.

Setelah dari gedung 6, kami lalu menuju ke kantin untuk menunggu teman-temanku keluar kelas. Setelah mereka keluar kelas, kami lalu mengajak Dimas dan Ilham untuk makan di Hanamasa Margo City untuk merayakan hubungan kami.

Tiba di Hanamasa. Kami langsung mengambil makanan dan langsung memasaknya. Setelah matang, kami langsung menyantap makanan itu dengan biadab. Tidak berapa lama, makanan yang tersedia di meja kami pun habis tak bersisa. Kami lalu mengambil makanan lagi. Setelah kenyang menyantap makanan, kami lalu memutuskan untuk jalan-jalan di Margo City. Tidak berapa lama, akhirnya kami keluar dari Margo City dan duduk-duduk di depan Olala Café. Sekitar pukul 7.00 malam, kami lalu pulang. Aku kembali mengantar ke rumahnya.

Setiba di rumahnya, kami berbincang-bincang di teras rumah membahas apa saja yang terjadi hari itu. Kami sangat senang bisa melalui hari bersama-sama. Pukul 22.00, aku pamit dan pulang ke kosan.

Keesokan harinya berita hubungan kami langsung menyebar dengan cepat di kampus. Apa boleh buat, kami pun mengakui hubungan yang sedang kami jalani ini ke teman-temanku. Akhirnya kami bisa menjalani hubungan ini dengan tenang dan bahagia.

Hari Sabtu kemarin, aku mengajak dia pergi ke Cibodas bersama teman-temanku untuk merayakan selesainya proyek film yang aku kerjakan. Kami berangkat dari kosan pukul 23.00. Kami menempuh perjalanan selama dua jam dengan menggunakan motor. Tiba di daerah Cimacan, kami beristirahat sejenak untuk menyantap nasi uduk. Setelah selesai, kami pun melanjutkan perjalanan ke Cibodas.

Setiba di kaki Gunung Pangrango, kami bermalam di sebuah kedai kopi untuk melepas lelah. Bukannya beristirahat, kami malah bercanda-canda hingga pukul lima pagi. Beberapa ada yang terdidur, beberapa ada yang berjalan-jalan ke luar termasuk aku. Ketika matahari terbit, kami memutuskan untuk pergi ke air terjun Cibeureum. Kami berangkat sekitar pukul delapan pagi.

Setelah semuanya siap, perjalanan dimulai. Kami mulai mendaki lereng Gunung Pangrango. Pada awalnya perjalanan tidak begitu berat, namun medan yang menanjak dan kondisi tubuh yang kurang fit membuat perjalanan sangat melelahkan. Kami pun beristirahat di sebuah danau kecil yang indah. Danau tersebut berwarna biru seperti lautan.

Di danau tersebut, kami pun berfoto-foto untuk mengabadikan momen indah di danau itu. Setelah cukup beristirahat, kami lalu melanjutkan perjalanan ke air terjun Cibeureum. Selama perjalanan, banyak hal indah terjadi. Beberapa fenomena alam muncul di sepanjang lereng Gunung Pangrango itu. Aku pun sangat senang melakukan perjalanan bersama dia. Setelah menempuh sekitar satu jam perjalanan, kami tiba di air terjun Cibeureum. Di sana kami kembali berfoto-foto ria bersama teman-teman. Setelah puas menikmati sejuknya air terjun tersebut, kami akhirnya kembali melakukan perjalanan untuk menuruni lereng Gunung Pangrango itu. Sesampainya di kaki gunung, kami kembali ke kedai kopi untuk sejenak melepas lelah. Sekitar pukul 14.00, kami kembali ke Jakarta. Perjalanan pulang ke Jakarta sangat berbeda dengan perjalanan ketika berangkat dari Jakarta. Kami pun tiba di Jakarta pukul 18.30

Sesampainya di kosan, kami langsung tergeletak di kamar tanpa tenaga, dan langsung terlelap hingga keesokan harinya. Itu merupakan perjalananku bersama dia yang paling berkesan. Aku bisa meluangkan banyak waktu bersamanya, bercanda-canda bersama teman-teman, dan berbodoh ria bersamanya. Aku sangat ingin bisa melakukan perjalanan seperti itu lagi bersamanya.

Hingga saat ini, hubungan kami masih sangat baik, kami berdua berharap hubungan kami bisa sampai ke pelaminan. Walaupun umur hubungan kami masih bisa dihitung dengan jari, namun kami berdua telah memiliki komitmen yang kuat akan hubungan ini.

木曜日, 3月 26, 0021

... bete mode: on ...

hanya satu kalimat ...

I HATE RAINY DAY COZ IT JUST RUINED EVERYTHING

火曜日, 3月 24, 0021

The Secret

Arum pertama kali kenal The Secret lewat The Oprah Winfrey Show. Saat itu nggak tahu dan nggak mau tahu ini buku tentang apa. Agak nggak lazim sebenernya, tapi ya sudahlah. Mungkin pada saat itu Arum menganggap The Secret sebagai satu hal yang out of my reach.

Sampai akhirnya Angga ngajarin Arum metode Law of Attraction a.k.a Hukum Ketertarikan dan kekuatan pikiran manusia. Di mana apa yang kita pikirkan akan mewujud. Pada saat itu, Angga berusaha ngebantuin nyelesain masalah Arum dengan cara ini. Yang harus Arum lakuin cuma memvisualisasikan hasil akhir yang Arum mau dari masalah Arum, percaya itu akan terjadi, dan mensyukurinya. Sounds easy, but really, at that moment I really can't do that.

Akhir kasus, Angga membongkar dari mana dia dapet sumber ilmu itu, yang ternyata adalah The Secret. Sejak baca The Secret dan mengaplikasikannya dalam hidup, saat ini Angga bisa ngasih Arum langit berbintang tepat di atas genteng rumah Arum dan ngendaliin keadaan cuaca kapan pun dia mau.

Tadinya Arum nggak percaya. Tapi sejak liat bintang itu dan baca sendiri isi buku The Secret, Arum percaya, bahwa semua manusia di dunia ini bisa dapetin apa pun yang kita mau dengan kekuatan pikiran kita.

Cara kerja The Secret sangat simpel. Ibarat kata, kita cuma tinggal mengkhayal aja, terus, voila! Apa yang kita khayalin ada di tangan kita.

1. Meminta dengan jelas apa yang kita inginkan dalam kalimat positif. Tanpa penggunaan kata-kata negatif seperti, 'tidak', 'jangan', 'bukan',dll. Misalnya kalo pengen besok nggak hujan jangan bilang, "semoga besok nggak hujan". Tapi bilang, "semoga besok cerah".

2. Percaya dan yakin yang kita minta pasti terwujud.

3. Bersyukur atas keadaan saat ini dan atas keadaan di mana permintaan kita sudah tercapai. Berpikir positif dan merasa senang karenanya, meskipun saat itu yang kita minta belom tercapai.

Tanpa kita sadar, hal ini sebenernya sering terjadi dalam hidup kita. Misalnya pas ngebahas mondaishu, kalo Arum lagi nggak yakin sama jawabannya terus ketakutan sendiri dan ngebatin berulang-ulang, "Jangan gue. Jangan gue. Jangan gue." buntutnya si Sensei pasti malah nunjuk Arum.

Kalo lagi liat orang yang kita kenal ato gebetan, tapi males nyamperin atau males manggil. Tanpa sadar dalam hati ngebatin, "Ayo nengok. Nengok. Nengok." nggak lama pasti tu orang nengok dan ngeliat kita.

Uang jajan Arum hari ini tinggal lima puluh ribu buat sampe tanggal lima bulan depan. Tapi Arum yakin pasti bisa hidup berkecukupan sampe tanggal lima. Tadi pagi Babeh nggak kerja, dan Arum yakin bakal dapet tambahan uang jajan karena ada Babeh di rumah.

Satu hal yang harus diketahui, The Secret works in many ways.

Tiba-tiba Babeh dapet rejeki hari ini, dan Arum kecipratan rejekinya. Arum dikasih tambahan uang jajan seratus ribu. Yang tadinya cuma ada lima puluh ribu di dompet sekarang Arum punya seratus lima puluh ribu (yah sekarang tinggal seratus dua puluh karena udah kepake tadi siang).

Law of Attraction bekerja dengan baik dalam keadaan suasana hati yang bahagia dan pikiran yang selalu positif. Bayangkan betapa manisnya dunia kalo semua orang pake hukum ini untuk segala aspek hidupnya.

Semua orang berpikir positif.

Semua orang bahagia.

水曜日, 3月 04, 0021

... tadi malem si angga nggak bisa tidur ...

di bawah naungan pelangi
aku terdiam dalam gelap.
tiada cahaya yang mau mendekatiku
seakan akan aku hanyalah sebuah lubang hitam yang kecil.

saat aku bersedih
air mataku pun pergi menjauh dariku.
aku hanya bisa tertawa
melihat kenyataanku sendiri.

tiba saat di mana aku ingin meninggalkan pelangiku
seorang malaikat datang padaku
dengan sebuah warna baru.
warna kehidupan.

ingin ku hampiri
sebelum aku sadar bahwa aku sedang dalam gelapnya cahayaku.
ingin ku peluk
sebelum aku sadar aku sedang terbelenggu.
ingin ku bicara
sebelum aku sadar aku telah membisu.

hingga sampai pada saat dia meniupkan cahaya pada diriku.

kini aku telah bisa merasakan kembali hangatnya cahaya
kini aku telah bisa bergerak sebebas burung di angkasa
aku telah bisa tersenyum dengan ringan dan dapat bernafas dengan bebas

setelah aku tahu kalau dia itu kamu ...

-4 maret 2009-12:41am-

(jadi ceritanya semalem tuh angga nggak bisa tidur.. nggak tau kenapa ... tiba-tiba dia kirimin arum sms ini ... setelah dapet persetujuan si pemegang hak cipta .. akhirnya arum post di blog untuk pelestarian...)

月曜日, 3月 02, 0021

... (males ngejudulin) ...

...

Aku mahasiswi jurusan komunikasi di sebuah universitas di Bandung. Karena keluargaku tinggal di Jakarta, di Bandung aku ngekost bersama seorang sahabatku. Aku sangat suka belanja, terutama belanja baju. Sebab itu aku gemar pergi ke mall. Sayang lingkungan kampusku minim pusat perbelanjaan, maklum bukan di tengah kota. Ketika merindukan ‘peradaban’ biasanya aku mengajak sahabatku pergi ke mall untuk belanja, makan, atau sekedar cuci mata. Lumayan, siapa tahu ketemu cowok cakep yang nyasar ke ‘pedalaman’ Bandung.

Suatu sore sepulang kuliah, seperti biasa aku pulang bareng sahabatku, Tilit ke kostan tercinta kita. Namun karena lapar, aku mengajak Tilit makan dulu sebelum pulang. Daripada sampai kostan, keburu lapar, keburu malas ke mana-mana, lebih baik makan dulu baru pulang.

“Mau makan apaan, May?” tanya Tilit sekeluarnya dari gerbang kampus.

Aku berpikir sebentar mempertimbangkan jawaban untuk Tilit.

“Hmm, kita ke KFC aja gimana?” saranku akhirnya, “Lumayan perbaikan gizi, lagian gue udah kangen ‘peradaban’. Hehehe.”

“Iya, mau. Pengen makan enak juga, gue laper banget soalnya,” Tilit menyetujui. “Tapi ke ATM dulu ya, May. Subsidi gue cuma tinggal buat sampe ke mall doang soalnya,” tambah Tilit sambil mengecek dompetnya.

Aku pun ikut mengecek dompet.

“Wah, iya. Bener banget lo, Lit. Duit gue juga abis,” kataku ketika melihat isi dompet yang hanya cukup untuk ongkos angkot ke mall.

Maka berangkatlah kita ke mall terdekat. Selayaknya perempuan pada umumnya, sepanjang perjalanan di dalam angkot aku dan Tilit mengobrol seru. Saking serunya, sampai masih belum selesai ketika si angkot berhenti di depan mall. Sepanjang jalan masuk menuju restoran pun kita masih belum kehabisan bahan obrolan.

Kita berdua langsung masuk ke gerai KFC di mall tersebut. Ketika itu antrian di kasirnya sepi karena masih sore. Aku dan Tilit langsung dilayani si Mba Penjaga Kasir. Aku dan Tilit menyebutkan pesanan kita dan Mba Penjaga Kasir menyiapkan pesananku dan Tilit dalam dua nampan terpisah.

Kemudian Mba Penjaga Kasir menanyakan perihal pembayaran, “Bayarnya mau digabung atau dipisah?”

Tilit cepat menjawab, “Dipisah aja, Mba.”

Aku dan Tilit serempak mengeluarkan dompet untuk mengambil uang demi membayar pesanan masing-masing. Kemudian terjadilah. Tonggak sejarah memalukan yang tidak akan terlupakan antara aku dan Tilit.

Aku membuka dompet dan melihat bahwa di dalam sana tidak tersisa uang. Kemudian sambil terbengong-bengong terngianglah percakapanku dengan Tilit di depan gerbang kampus tadi.

“Mampus! Lupa ke ATM,” batinku dalam hati, “Ngapain aja sih dari tadi waktu turun dari angkot?”

Aku menoleh pada Tilit, yang lucunya sedang berpose persis sepertiku. Tampang bengong sambil melihat isi dompet yang kosong. Mungkin di kepalanya juga terngiang percakapan di depan kampus barusan. Menyadari tatapanku, Tilit menoleh. Dari sorot matanya aku tahu ia juga sedang mengucapkan umpatan yang sama di dalam hatinya.

“Gimana, nih?” tanyaku setengah panik setengah geli.

“Aduh, bego banget sih kita...,” ratap Tilit tidak menyelesaikan masalah karena ia panik betulan.

Iba melihat Tilit, akhirnya aku memberanikan diri bicara dengan Mba Penjaga Kasir yang sedari tadi menonton aksi bengong kita berdua.

“Hmm, Mba,” ujarku takut-takut, “Ayamnya bisa disimpen dulu nggak? Kita mau ke ATM sebentar.”

Si Mba Penjaga Kasir terlihat agak kesal dengan tingkah kita berdua, namun menyanggupi permintaan kita. Ia mengizinkan aku dan Tilit pergi ke ATM di mall tersebut dan kembali untuk melunasi pembayaran.

Malunya betulan nggak ketolong. Aku tidak peduli lagi si Mba Penjaga Kasir itu mikir apa tentang kita berdua. Untung di belakang kita berdua tidak ada antrian lain. Kita juga sudah tidak peduli lagi ada pengunjung lain yang memperhatikan kebodohan kita berdua atau tidak. Pokoknya keluar dari TKP secepat mungkin dan cari ATM terdekat.

Keluar dari gerai KFC aku tertawa sejadi-jadinya. Sampai-sampai Tilit pun melupakan kepanikannya dan ikut tertawa. Menertawakan kebodohan kita sendiri.

“Kok bisa lupa ke ATM dulu sih tadi?” ujar Tilit mempertanyakan memorinya sendiri.

“Iya, gue juga mikirin itu. Bisa bener-bener lupa sama sekali kaya gitu,” jawabku.

Kita berdua tertawa-tawa sepanjang perjalanan ke ATM sampai kembali ke gerai KFC. Mengingat-ingat kronologi kejadian sejak di depan gerbang kampus sampai di depan kasir. Aku dan Tilit kembali menghampiri Mba Penjaga Kasir yang masih jutek melihat kita dan mengambil pesanan kita berdua.

Duduk sambil menikmati makanan, Tilit berujar, “Mau makan aja cobaannya begini banget sih ni hari.”

... ...

日曜日, 3月 01, 0021

... syukur ...

...


i've won ...


aku tumbang ..

tersungkur ..

terhina ..


tapi aku bangkit ...

i've recharged my self ...

and that's the TRUE VICTORY ...


i've lost A THING to earn A LOT MORE ...

and that's the REAL BLESS ...


...

水曜日, 2月 18, 0021

... Jaka Tarub ... (tugas penpop remake)

Jaka mengendap-endap menuju tempat para bidadari meletakkan selendang mereka di tepi sungai. Lalu dengan asal saja, Jaka menyambar satu selendang berwarna hijau. Setelah menyimpannya dengan aman di dalam tas, Jaka buru-buru pergi meninggalkan tepi sungai menuju tempat persembunyiannya. Menanti para bidadari selesai mandi dan tiba saatnya menjadi penyelamat yang menemukan selendangnya yang hilang.

Namun sial bagi Jaka, di hutan itu terdapat kamera pengintai. Kegiatan Jaka mancuri selendang ternyata tertangkap kamera. Maka sang polisi hutan langsung bertindak menghampiri tempat persembunyian Jaka.

“Hei, kamu ngapain ngumpet di sini?” tegur si polisi hutan.

Jaka yang terkejut melihat kedatangan polisi hutan berusaha menutupi kegiatan yang sedang dilakukannya.

“Nggak ngapa-ngapain, Pak. Memangnya saya nggak boleh duduk di sini ya, Pak?” tanya Jaka berlagak bodoh.

“Ah, ngaku aja!” gertak si polisi, “Kamu barusan nyuri selendang bidadari yang mandi di sana itu kan?!”

“Ah, Bapak jangan nuduh sembarangan dong, Pak...” Jaka masih berusaha mengelak.

“Kamu nggak tahu ya, kalau di atas pohon sana ada kamera yang ngerekam kegiatan kamu nyuri barusan?!”

Jaka terkejut mendengarnya. Dia sama sekali tidak menyangka ada kamera di atas pohon itu.

“Wah, kalau Bapak lihat saya nyuri selendang, berarti Bapak juga ngintip mereka mandi dong, Pak?”

Wajah si polisi merah padam, namun dia tidak kehilangan wibawanya. “Dasar banyak alasan kamu. Ayo ikut saya ke kantor!”

Kemudian Jaka mengikuti polisi hutan itu menuju kantor untuk interogasi.

...

Sementara itu para bidadari sudah selesai mandi dan sedang mengumpulkan lagi pakaian mereka. Namun, seorang bidadari rupanya kehilangan selendang. Nama bidadari itu Wulan.

“Ada yang lihat selendang gue nggak?” tanyanya putus asa kepada para bidadari yang lain.

“Selendang lo hilang ya?” tanya seorang di antara mereka. “Lo lapor polisi aja.”

Maka pergilah Wulan dan bidadari lainnya ke kantor polisi tempat Jaka sedang diinterogasi oleh si polisi hutan.

“Pak, saya mau melaporkan kehilangan,” tutur pada si polisi hutan.

“Ah, kehilangan selendang warna hijau ya, Mba?” tanya polisi mengkinfirmasi.

“Iya, betul Pak. Bapak tahu ada di mana?”

Polisi hutan mengeluarkan selendang hijau milik Wulan dari tas Jaka yang telah disitanya.

“Nah, ini dia selendangnya Mba,” katanya seraya menyerahkan selendang tersebut kepada Wulan. “Tadi dicuri sama si Jaka ini,” tambahnya.

Wulan mengambil kembali selendangnya kemudian bertanya pada Jaka, “Tujuan kamu mencuri selendang saya apa, Kang Jaka?”

“Kan, katanya kalo bidadari selendangnya dicuri, jadi nggak bisa balik ke Khayangan. Jadi saya pikir, saya umpetin aja selendang kamu supaya kamu di sini aja sama saya,” aku Jaka dengan polosnya.

Wulan manggut-manggut, “Oh, begitu.

“Kebetulan saya punya selendang cadangan. Soalnya selendang ini sudah agak kotor jadi niatnya tadi sekalian mau saya cuci di sungai situ. Tapi karena kamu ambil, ya sekalian tolong cuciin aja ya, Kang. Tahun depan kalau saya balik lagi ke sini baru saya ambil lagi.”

Sambil berkata begitu, Wulan pun mengeluarkan selendang hijau cadangannya. Kemudian pamit pulang ke Khayangan.

......

金曜日, 2月 13, 0021

Ulang Tahun ke 21

Kamis, 12 Februari 2009 ...

Arum ulang tahun yang ke 21. Udah tua, sayangnya. Padahal masih mau imut-imut terus. Hikz..hikz..

Posting kali ini arum cuma mau ucapin terima kasih buat semua orang, orang tua, ade, bude, tante, om, pade, sepupu-sepupu, dan temen-temen yang udah ngasih ucapan, kado, dan yang terpenting doanya.

Berangkat kuliah kemaren udah bahagia, karena untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir arum keluar rumah di 12 februari ngga kehujanan. ^^ Meskipun sampe di kampus ternyata gerimis, ina bilang, "yang penting lo-nya ngga keujanan kan.." dan ternyata dia benar. Sampe pulang pun arum tetep nggak keujanan. Gerimis turun pas arum udah sampe kampus, dan berhenti lagi begitu arum mau pulang.

Bagi sebagian orang ujan itu berkah, mungkin udah saatnya arum menyerah meminta langit cerah di tanggal 12 februari. Masih syukur kemaren cuma gerimis dan bukan ujan badai disertai banjir...

水曜日, 2月 11, 0021

Semester TerGabut

gyahahahahaha ...

silly ...

Arum ngga lulus Bahasa Jepang V kemaren ...

dan masih bisa ketawa ... humph ...

Nangis pun ngga ada gunanya soalnya. Terima aja apa adanya. Kalo emang ngga lulus ya ngga lulus. Mau gimana lagi, ya kan? Nangis ngga akan membuat arum jadi lulus. Begitu jawab arum ke semua temen-temen yang nanya, "kok lo ketawa sih??!"

Sungguh, ketawanya arum itu bukan untuk nutupin kesedihan atau kekesalan hati karena ngga lulus. Tapi betulan tulus ngerasa konyol, "Ih, gue ngga lulus. Hahahahaha." Begitu.

Akibatnya, semester ini arum asli MaGaBuT. Kuliah kaya ngga kuliah. Dibilang ngga kuliah, tapi kuliah. Huff...

Arum cuma kuliah satu ato dua pelajaran sehari. Jam terakhir. Yang artinya arum berangkat sore-sore cuma untuk satu kuliah tok, dan kemudian pulang lagi. Karena terpaksa, mau ngga mau dijalani. (kalo dulu, jamannya kuliah full terus, masuk kuliah demi satu jam pelajaran terakhir mana mau...)