cuap-cuap

judul blog ini adalah はなばたけ (hanabatake) yang artinya 'kebun bunga'. dalam bahasa indonesia, kata 'kebun bunga' bisa jadi kalimat ambigu (arti ganda). bisa 'kebun yang banyak bunganya' atau 'kebun punya si Bunga'.untuk sementara kayaknya arti yang kedua lebih nyerempet yah ... tapi ... harapan arum ke depan sih akan ada banyak 'bunga' tumbuh di sini ... ^^Mohon maaf masalah format bahasa ... lagi sok-sok an pake bahasa Jepang ... Niat mo ganti tanggal doank malah semua ikut keganti...(maklum pemula). tapi setelah diliat hasilnya kok ya keren juga ... (nora lagi).ほんとうに ごめん なさい。Hontou ni gomen nasai.

月曜日, 3月 02, 0021

... (males ngejudulin) ...

...

Aku mahasiswi jurusan komunikasi di sebuah universitas di Bandung. Karena keluargaku tinggal di Jakarta, di Bandung aku ngekost bersama seorang sahabatku. Aku sangat suka belanja, terutama belanja baju. Sebab itu aku gemar pergi ke mall. Sayang lingkungan kampusku minim pusat perbelanjaan, maklum bukan di tengah kota. Ketika merindukan ‘peradaban’ biasanya aku mengajak sahabatku pergi ke mall untuk belanja, makan, atau sekedar cuci mata. Lumayan, siapa tahu ketemu cowok cakep yang nyasar ke ‘pedalaman’ Bandung.

Suatu sore sepulang kuliah, seperti biasa aku pulang bareng sahabatku, Tilit ke kostan tercinta kita. Namun karena lapar, aku mengajak Tilit makan dulu sebelum pulang. Daripada sampai kostan, keburu lapar, keburu malas ke mana-mana, lebih baik makan dulu baru pulang.

“Mau makan apaan, May?” tanya Tilit sekeluarnya dari gerbang kampus.

Aku berpikir sebentar mempertimbangkan jawaban untuk Tilit.

“Hmm, kita ke KFC aja gimana?” saranku akhirnya, “Lumayan perbaikan gizi, lagian gue udah kangen ‘peradaban’. Hehehe.”

“Iya, mau. Pengen makan enak juga, gue laper banget soalnya,” Tilit menyetujui. “Tapi ke ATM dulu ya, May. Subsidi gue cuma tinggal buat sampe ke mall doang soalnya,” tambah Tilit sambil mengecek dompetnya.

Aku pun ikut mengecek dompet.

“Wah, iya. Bener banget lo, Lit. Duit gue juga abis,” kataku ketika melihat isi dompet yang hanya cukup untuk ongkos angkot ke mall.

Maka berangkatlah kita ke mall terdekat. Selayaknya perempuan pada umumnya, sepanjang perjalanan di dalam angkot aku dan Tilit mengobrol seru. Saking serunya, sampai masih belum selesai ketika si angkot berhenti di depan mall. Sepanjang jalan masuk menuju restoran pun kita masih belum kehabisan bahan obrolan.

Kita berdua langsung masuk ke gerai KFC di mall tersebut. Ketika itu antrian di kasirnya sepi karena masih sore. Aku dan Tilit langsung dilayani si Mba Penjaga Kasir. Aku dan Tilit menyebutkan pesanan kita dan Mba Penjaga Kasir menyiapkan pesananku dan Tilit dalam dua nampan terpisah.

Kemudian Mba Penjaga Kasir menanyakan perihal pembayaran, “Bayarnya mau digabung atau dipisah?”

Tilit cepat menjawab, “Dipisah aja, Mba.”

Aku dan Tilit serempak mengeluarkan dompet untuk mengambil uang demi membayar pesanan masing-masing. Kemudian terjadilah. Tonggak sejarah memalukan yang tidak akan terlupakan antara aku dan Tilit.

Aku membuka dompet dan melihat bahwa di dalam sana tidak tersisa uang. Kemudian sambil terbengong-bengong terngianglah percakapanku dengan Tilit di depan gerbang kampus tadi.

“Mampus! Lupa ke ATM,” batinku dalam hati, “Ngapain aja sih dari tadi waktu turun dari angkot?”

Aku menoleh pada Tilit, yang lucunya sedang berpose persis sepertiku. Tampang bengong sambil melihat isi dompet yang kosong. Mungkin di kepalanya juga terngiang percakapan di depan kampus barusan. Menyadari tatapanku, Tilit menoleh. Dari sorot matanya aku tahu ia juga sedang mengucapkan umpatan yang sama di dalam hatinya.

“Gimana, nih?” tanyaku setengah panik setengah geli.

“Aduh, bego banget sih kita...,” ratap Tilit tidak menyelesaikan masalah karena ia panik betulan.

Iba melihat Tilit, akhirnya aku memberanikan diri bicara dengan Mba Penjaga Kasir yang sedari tadi menonton aksi bengong kita berdua.

“Hmm, Mba,” ujarku takut-takut, “Ayamnya bisa disimpen dulu nggak? Kita mau ke ATM sebentar.”

Si Mba Penjaga Kasir terlihat agak kesal dengan tingkah kita berdua, namun menyanggupi permintaan kita. Ia mengizinkan aku dan Tilit pergi ke ATM di mall tersebut dan kembali untuk melunasi pembayaran.

Malunya betulan nggak ketolong. Aku tidak peduli lagi si Mba Penjaga Kasir itu mikir apa tentang kita berdua. Untung di belakang kita berdua tidak ada antrian lain. Kita juga sudah tidak peduli lagi ada pengunjung lain yang memperhatikan kebodohan kita berdua atau tidak. Pokoknya keluar dari TKP secepat mungkin dan cari ATM terdekat.

Keluar dari gerai KFC aku tertawa sejadi-jadinya. Sampai-sampai Tilit pun melupakan kepanikannya dan ikut tertawa. Menertawakan kebodohan kita sendiri.

“Kok bisa lupa ke ATM dulu sih tadi?” ujar Tilit mempertanyakan memorinya sendiri.

“Iya, gue juga mikirin itu. Bisa bener-bener lupa sama sekali kaya gitu,” jawabku.

Kita berdua tertawa-tawa sepanjang perjalanan ke ATM sampai kembali ke gerai KFC. Mengingat-ingat kronologi kejadian sejak di depan gerbang kampus sampai di depan kasir. Aku dan Tilit kembali menghampiri Mba Penjaga Kasir yang masih jutek melihat kita dan mengambil pesanan kita berdua.

Duduk sambil menikmati makanan, Tilit berujar, “Mau makan aja cobaannya begini banget sih ni hari.”

... ...

0 件のコメント: